PATRAINDONESIA.COM, (Kupang Nusa Tenggara Timur)- Korban bencana alam menghadapi
situasi dan kondisi yang sangat kompleks,
baik secara fisik, psikis maupun sosial.
Problema paling mendasar adalah persoalan fisik, seperti gangguan pemenuhan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, kesehatan,
dan pendidikan.
Hal ini berawal dari, tidak tersedia atau terbatasnya fasilitas umum, sosial dan sanitasi lingkungan yang buruk sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bahkan dapat menjadi sumber penyakit.
Keterpurukan lain yang dihadapi
menyangkut masalah psikososial, seperti
kekhawatiran akan terjadinya bencana susulan, rasa kehilangan yang mendalam atas meninggalnya anggota keluarga, kehilangan harta benda dan sumber
mata pencaharian seringkali menimbulkan
kesedihan berkepanjangan.
Dampak psikologis bencana alam yang paling berat dirasakan oleh mayoritas populasi anak-anak. Batin mereka menangis dan trauma mental berat karena kondisi yang mereka tidak tahu asal usulnya. Melihat dengan nyata alam yang meluluh lantakkan rumah dan membuat kehilangan keluarganya.
Anak-anak menunjukkan gejala-gejala trauma. Seperti perilaku susah tidur, rasa takut yang berlebihan, takut masuk rumah, tidak mau tidur di dalam rumah, diliputi kecemasan dan menarik diri
Minggu malam (11/04/2021) saat disela sela pembagian makanan banyak relawan yang trenyuh melihat dampak bencana terhadap anak anak yang kehilangan kesenangan di masa kecil dan kehilangan keluarganya.
“Mereka tidak meminta langsung, mereka juga tidak menyebut apa yang mereka butuhkan. Tapi mata dapat melihat bagaimana hancurnya rumah-rumah mereka dan kondisi mereka saat ini,” ungkap Bang Rey , penanggung jawab misi Kemanusiaan dari Relawan Ojol Nusantara
Pemulihan psikologis anak sangat diperlukan. Sehingga trauma tentang bencana alam bisa diminalisir sedini mungkin dengan jalan sediakanlah waktu ngobrol bersama anak anak dan berikan mereka kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya atau apa yang mereka pikirkan. Selain itu bantu anak menata perasaannya dan melakukan aksi terkait dengan bencana yang dialami.
Akankah hati kita tidak terketuk melihat saudara- saudara kita yang menjadi korban bencana alam. Terutama anak-anak yang masih polos dalam menghadapi bencana.
Relawan Ojol Se Nusantara sudah bersuara dan bertindak sebagai bagian dari rasa kemanusiaan yang tinggi melihat nasib saudara sebangsa dan setanah air mengalami bencana.
Kalau bukan kita siapa lagi yang mau bergerak demi kemanusiaan di negeri Indonesia tercinta. (teguh/red/PI)
Maju terua relawan Ojol Nusantara!