oleh

Yatim Piatu Ojol

PATRAINDONESIA. COM (Jakarta) — Saat ini banyak anak menjadi yatim. Bahkan banyak yang menjafi yatim piatu. Mengapa?

Orangtuanya yang berprofesi sebagai ojol menderita sakit, dan meninggal. Dibacok begal, meninggal. Terlibat kecelakaan lalu lintas, meninggal. Akibatnya, anak-anak di rumah kehilangan ayah. Atau ibu. Lalu, anak-anakpun jadi yatim, atau juga piatu.

Berikut ini refleksi Erika Prananda Purba, seorang bunda, yang selama ini mendampingi teman-teman ojol.

“Kita pasti sudah kerap mendengar kata-kata ‘hidup adalah pilihan’. Yap, bagi yang meyakininya, hidup terdiri atas pilihan-pilihan yang kkta ambil.

Mungkin tidak kita sadari.Setiap hari dalam menjalani proses kehidupan, kita selalu dihadapkan pada pilihan..Sama seperti memilih pekerjaan sebagai ojol. Yang tadinya kita berprofesi sebagaj seorang pegawai kantoran, buruh pabrik, wiraswasta atau seorang mekanik..Tiba2 terjadi pademi covid 19. Kita tidak lagi bisa bekerja di perusahan. Yang wiraswasta pun tak bisa menjalankan usahanya. Akhirnya kita pindah alih profesi sebagai driver online.

Keluarga harus tetap di nafkahi. Untuk sekolah anak-anak, belum lagi cicilan-cicilan..itu semua hatus di bayarkan.

Mau tidak mau kita sebagai kepala keluarga harus tetap bekerja. Awal menjadi ojol bukan hal yang mudah.Tantangan demi tantangan kita hadapi. Tidak semudah khayalan. Hanya bawa penumpang atau antar pesanan makanan dan barang saja.

Kita juga harus berhari-hari di jalan raya. Jangan sampai terjadi kecelakaan. Apa lagi maraknya kejahatan begal.Harus jaga-jaga diri. Di jalanan penuh risiko kejahatan

Menjadi ojol adalah plilihan hidup. Pilihan yang dipaksakan. Pilihan terbaik dari yang terburuk. Itulah lapangan kerja yang paling dekat. Paling mudah dijangkau.

Tapi, apakah mau bekerja seumur hidup menjadi ojol? Ojol profesi penuh risiko. Profesi penuh ancaman dan tantangan. Sampai kapan? Tak selamanya mereka hidup di jalanan menjadi ojol.
Usia kian tua. Daya tahan tubuh tak sekuat dulu. Hujan panas diterjang.
Dan tidak sedikit pula teman-teman kami yg akhirnya sakit. Tumbang. Atau jadi korban kecelakan di jalan. Korban begal. Dan akhirnya meninggal. Lalu bagimana dengan anak-anak kami yang menjadi yatim piatu. Siapa kah yang akan menanggung anak-anak kami? Adakah yang peduli setelah kami tiada?
Pekerjaan ini penuh dengan segala resiko. Tapi inilah satu-satunya pilihan yang harus kami jalani. Sebagai driver ojek online. Ojol.” (yes/red/PI)

Loading