oleh

Poetra Nusantara Institute dan CTIS Sepakat Teken MoU salah satunya terkait Petani Sawit Mandiri

PATRAINDONESIA.COM (Jakarta, 03/07/2024): Poetra Nusantara Institute bersama Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) sepakat menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dalam berbagai bidang salah satunya pada bidang pertanian dan perkebunan agar dapat mendorong terciptanya tata kelola perkebunan kelapa sawit rakyat terutama terkait dengan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengelolaan sawit rakyat.

Kesepakatan itu tercetus dalam dialog publik yang diselenggarakan CTIS di lantai 20 Gedung Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2024).

Dialog bertema “Pembinaan Petani dan Perkebunan Kelapa Sawit Mandiri Berkelanjutan” tersebut juga diikuti oleh publik (online) termasuk para petani sawit mandiri terutama yang tergabung dalam Koperasi Pangkat Longka Ketapang Sejahtera yang berada di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Dialog itu sendiri dibuka oleh Dewan Pembina CTIS Prof. Indroyono Soesilo (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI 2014-2015), dan bertindak sebagai moderator adalah Prof. Harijono Djojodihardjo, advisor CTIS dan juga salah satu Dewan Pakar pada Poetra Nusantara Institute. Dihadiri secara langsung oleh para pakar dan guru besar pendiri dan pengurus CTIS serta salah satu Dewan Pakar Poetra Nusantara Institute, Mario Teguh.

Executive Director Poetra Nusantara Institute Willy Lesmana Putra didaulat sebagai pembicara (narasumber) utama untuk menyampaikan hasil dan pengalaman lembaganya dalam melakukan pendampingan dan pemberdayaan petani-pekebun kelapa sawit mandiri di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat selama tahun 2023-2024.

Diakui, sawit saat ini menjadi andalan dalam menopang ekonomi nasional. Tetapi di lapangan, masih banyak hambatan yang dialami oleh petani sawit mandiri. Padahal, petani sawit mandiri ini memberi kontribusi 40% produksi sawit nasional.

Hambatan yang dijumpai di lapangan cukup beranekaragam. Mulai dari rendahnya kelualitas sumber daya manusia, kelangkaan bibit sawit yang berkualitas dan bersertifikat, kelangkaan pupuk atau pupuk yang berkualitas, dan yang paling terasa adalah langka dan jauhnya akses petani terhadap pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). “Petani tidak memiliki akses langsung terhadap pabrik kelapa sawit yang umumnya milik korporasi besar. Akibatnya petani harus menjual hasil panen ke tengkulak atau pengepul. Bahkan kadang kita jumpai tidak hanya ada satu pengepul. Karena pengepul 1 menjual ke pengepul 2 dan seterusnya barulah pengepul 3 yang menjual ke pabrik. Sudah bisa dibayangkan, harga yang diterima petani sangat tidak layak,” papar Willy.

Prof. Indroyono Soesilo sangat positif menanggapi situasi di lapangan ini. Karena itu, melalui CTIS ia sangat mendukung program Poetra Nusantara Institute untuk menindaklanjuti upaya-upaya pada pelaksanaan ”Program Pengabdian Masyarakat” dari Poetra Nusantara Institute yang sudah dan akan dilakukan. Dan sangat bagus dengan menghimpun para petani kedalam suatu awadah koperasi (Koperasi Pangkat Longka).

”Koperasi Pangkat Longka ini hebat,” kata Prof. Indroyono seraya mengacungkan jempol ke Sdr. Sandi selaku Ketua Koperasi Pangkat Longka yang turut menghadiri dialog webinar ini. Dalam kesempatan itu Prof. Indroyono mengecek langsung status atau grade Koperasi tersebut ke Kementerian Koperasi. ”Hebat, Koperasi Pangkat Longka Ketapang Sejahtera ternyata masuk kelas/klasifikasi B dan mudah-mudahan dapat ditingkatkan,” kata Prof. Indroyono.

Karena itu, menurut Prof. Indroyono, koperasi tersebut cukup layak dijadikan motor penggerak hilirisasi sawit nasional. Yaitu sebuah program yang kini sedang gencar dilakukan oleh Pemerintah salah satunya melalui Kementerian Koperasi-UKM Republik Indonesia.

Hilirisasi sawit nasional ini merupakan salah satu cara untuk menggerakkan ekonomi nasional melalui instrumen koperasi dan para pelaku usaha UMKM.

Willy Lesmana Putra tampak sangat gembira atas dukungan Prof. Indroyono ini. Karena itu, ”Kita jalin MoU ya Prof., antara Poetra Nusantara Institute dengan Pusat Studi Teknologi dan Inovasi (Centre for Technology and Innovation Studies/CTIS),” kata Willy.

Ajakan Willy serta-merta disambut positif oleh Prof. Indroyono. Dan saat itu pula Prof. Indroyono Soesilo sebagai salah seorang pendiri CTIS langsung memberikan akses kepada para stakeholder, terutama yang terkait dengan akses pendanaan dan kelembagaan. (Wid/Red/PI)

Loading