PATRAINDONESIA.COM-HALMAHERA-Kabupaten Halmahera Barat, dengan segala keindahannya, kini tengah bersiap menyambut pesta demokrasi yang tinggal hitungan hari.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), yang digelar setiap lima tahun sekali, bukan sekadar ajang politik biasa bagi masyarakat setempat.
Bagi anak-anak pesisir Pantai Sahu, momentum ini menyimpan harapan besar akan masa depan daerah mereka, termasuk dalam hal pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satunya adalah Jerintan, seorang putra daerah dari Desa Goro-Goro, Kecamatan Sahu, yang menuangkan kegelisahan dan kebanggaannya sebagai anak desa melalui sebuah tulisan yang menyentuh hati para pembaca serta pemangku kepentingan politik.
Jerintan mengawali tulisannya dengan ungkapan kebanggaan sebagai anak pesisir yang lahir dan besar di Desa Goro-Goro.
Ia menuliskan kecintaan mendalam terhadap tanah kelahirannya di pesisir Pantai Sahu. Meski berada jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Halmahera Barat, ia menegaskan bahwa masyarakat pesisir memiliki hak yang sama dengan wilayah lain, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik.
“Basudara dan saya harus berbangga terlahir dari Desa Pesisir Pantai Kecamatan Sahu,” tulisnya.
Baginya, tak peduli apakah seseorang tinggal dekat atau jauh dari pusat pemerintahan, di pesisir pantai atau di tengah hutan, semua adalah bagian dari masyarakat Kabupaten Halmahera Barat yang berhak atas hak yang sama sebagai warga negara.
Menjelang Pilkada, Jerintan mengajak masyarakat Halmahera Barat untuk merenung dan mensyukuri potensi yang dimiliki daerah mereka.
Ia menekankan bahwa kebanggaan terhadap daerah adalah wujud menjaga martabat, seperti halnya menjaga nama baik keluarga. Diakui pula bahwa banyak orang yang pergi meninggalkan daerah untuk menuntut ilmu, tetapi pada akhirnya mereka akan kembali dan berkontribusi membangun kampung halaman masing-masing.
Dalam tulisannya, Jerintan juga menggarisbawahi peran media sosial sebagai alat penting bagi generasi muda dalam memperkenalkan daerah mereka ke dunia.
“Bukan untuk pengakuan pribadi, tetapi untuk memperkenalkan wilayah yang kita cintai, agar diakui sebagai daerah yang menarik dan unik,” ujarnya.
Meski demikian, ia menyoroti bahwa perhatian pembangunan masih sering terfokus di pusat pemerintahan, meninggalkan wilayah pesisir dengan segala tantangan, termasuk akses jalan darat yang terbatas.
Jerintan menyoroti janji-janji pembangunan yang seringkali belum sepenuhnya terealisasi, terutama bagi masyarakat pesisir.
Dengan tegas, ia mempertanyakan, “Apakah kami masyarakat pesisir adalah anak tiri dalam pembangunan daerah?” Tuntutannya jelas: masyarakat pesisir membutuhkan infrastruktur jalan darat yang layak untuk mendukung perekonomian lokal.
Meski demikian, Jerintan tetap berusaha melihat sisi positif dari situasi yang ada, termasuk dalam hal masalah lingkungan seperti keberadaan gunung sampah di pesisir.
Bagi Jerintan, meskipun sampah tersebut menjadi masalah lingkungan, di sisi lain, dapat menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar.
“Entah dalam bentuk apapun pekerjaannya,” tuturnya, memperlihatkan sikap optimisme yang ia jaga.
Sebagai penutup, Jerintan menekankan pentingnya pemimpin yang peduli terhadap pembangunan merata di seluruh wilayah, termasuk pesisir.
Ia menyerukan agar dalam Pilkada mendatang, hak masyarakat tidak dikorbankan oleh politik oligarki. Harapannya, siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin Kabupaten Halmahera Barat harus menjalankan politik yang bersih dan bijak, demi kesejahteraan seluruh masyarakat tanpa pandang bulu.
Tulisan Jerintan bukan sekadar suara seorang anak desa, melainkan juga cerminan keresahan dan harapan ribuan masyarakat pesisir yang menginginkan pemerataan pembangunan di Kabupaten Halmahera Barat.
Pesta demokrasi yang akan datang menjadi momen penting bagi mereka untuk menentukan masa depan daerah—apakah akan berkembang lebih maju atau tetap stagnan dengan segala keterbatasan.
Masyarakat pesisir dengan penuh harap menantikan sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan nyata bagi daerah mereka.
Harapan ini menjadi cermin bagi semua pihak bahwa suara dari pesisir harus didengar dan diperhatikan dalam menentukan arah pembangunan Halmahera Barat ke depan.