Patra Indonesia.com|(Malang)
Meuble merupakan komoditi hasil kerajinan tangan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk perlengkapan rumah tangga. Mulai dari meja, kursi, almari dan kerajinan lain yang terbuat dari bahan dasar kayu.
Usaha ini mempunyai peran sangat penting dalam pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
M.Rifai (56) salah seorang pengusaha meubel yang cukup dikenal di daerah Kedok Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Beliau salah seorang pelaku UMKM yang masih bertahan sampai sekarang dengan usaha meubelernya.
Masa sulit karena pademi seperti sekarang hampir 70 persen usaha meubel di Jatim gulung tikar. Dengan upaya dan ketekunan serta kerja kerasnya usaha meubel dia masih bisa bertahan sampai sekarang.
Patraindonesia.com, Jum’at 20/08/2021 pukul 14:00 WIB menemui M. Rifai di kediamannya untuk mendapatkan informasi dan cerita bagaimana dia bisa mempertahankan usaha di masa sulit seperti sekarang ini.
“Saya cuma memanjakan pelanggan saya dengan memberikan produk terbaik dengan harga yang kompetitif sesuai pesanan pelanggan. Saya berikan bahan terbaik dan pengerjaan yang halus agar mereka puas. Karena pada prinsipnya jika pelanggan senang pasti dia akan datang dan pesan meubeler ke saya,” ungkap M.Rifai.
Tak jarang M.Rifai diminta pelanggan untuk mereparasi atau perbaikan ulang beberapa kerusakan kecil terhadap barang-barang meubelernya. Bahkan terkadang diberi proyek pengerjaan meubelernya kantor.
M.Rifai belajar usaha meubel sejak tahun 1978 dari salah seorang saudara di Pasuruan yang sudah lama menekuni usaha meubeler terlebih dahulu.
Kemudian pada tahun 1984 baru M. Rifai memulai usaha meubel sendiri. Yaitu dengan mendirikan gerai beralamat di jalan Raya Kedok no 268 Turen Malang.
Di awal usaha M.Rifai memperkejakan 2 orang pegawai, mereka melayani pembuatan tempat tidur, almari dan meja kursi ruang tamu ataupun meja kursi tempat makan.
Bahan baku utama yang dipakai untuk meubelernya berupa kayu jati dan kayu kamper. Bahan tersebut dibeli dan didapatkan dari kota Pasuruan Jawa Timur.
Di masa kejayaan di tahun 90-an sampai di tahun 2005 , dalam 1 bulan mampu meraup keuntungan hingga 10 juta. Dengan rata-rata penjualan produk 10 – 12 buah dengan rata-rata harga jual produk sebesar 1,5 juta – 4 juta. Bahkan untuk pesanan meubel secara khusus dari pelanggan harga bisa mencapai 5 juta per pesanan.
Namun sejak maraknya kasur busa dan springbad di tahun 2005 an usaha meubelernya agak menurun hingga 30 persen.
Di masa pademi sekarang dan dengan diberlakukannya aturan PPKM usaha meubelernya menurun drastis hingga 80 persen. Selama sebulan hanya mampu terjual 1 – 2 buah barang meubelernya dengan pendapatan rata-rata 2 jutaan.
Perbaikan dan perawatan barang meubeler pelanggan yang saat ini mendukung dalam pendapatan di masa pademi saat ini di saat penjualan produk menurun drastis.
Menjaga hubungan baik dengan customer dan pelayanan maksimal menjadi pilihan terbaik. Dan itu merupakan kunci agar usaha meubel tetap bertahan di masa pademi sekarang ini.
“Rejeki sudah ada yang mengatur mas. Tapi tanpa upaya dan kerja keras semuanya gak akan terwujud. Doa terbaik dan usaha yang membuat usaha saya masih bertahan,” kata M. Rifai di akhir sesi wawancara. (andi/red/PI)