oleh

Ritual Mayu Desa, Ritual Suku Tengger Mempersatukan Warga Desa

PATRAINDONESIA.COM (Probolinggo) -Ritual Mayu yang diselenggarakan warga Desa Wonotoro sebagai bagian tradisi warga suku Tengger dalam mempersatukan warga yang syarat makna.

Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet mengatakan Ritual Mayu Desa ini baru bisa diselenggarakan setelah terpilihnya kepala desa yang baru melalui ajang pemilihan langsung oleh warga.

“Harapannya, dengan ritual ini warga desa bisa kembali rukun dan terjalin silahturahmi sehingga kekeluargaan warga desa kembali kuat. Warga kembali bersatu, guyub dan rukun,” terangnya. Kamis (07/07/2022)

Dalam prosesi ritual, warga mengenakan pakaian adat Tengger serba hitam. Warga dan tokoh adat Tengger lalu berjalan kaki mengarak aneka sesaji, antara lain kepala sapi, jajanan pasar, buah, dan sayuran.

Sesaji itu kemudian dibawa berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 KM menuju Punden Sanggar yang berada di lereng Gunung Bromo diiringi oleh alunan gamelan di setiap perjalanan menuju punden.

Sesampainya di punden, sesaji dan kepala sapi itu dibacakan mantera-mantera oleh dukun pandita. Setelah itu kepala sapi dibungkus kain putih dan dikubur di dalam area punden. Sesaji dibagikan ke warga.

“Sebelum ritual, kami selalu melaksanakan kegiatan bersih desa dulu. Hal itu berguna membersihkan energi negatif di desa,” kata Sarwo

Dalam ritual Mayu Desa, puncak kegiatan saat prosesi arakan dari desa menuju ke punden. Dimana mereka menyusuri jalan perkampungan hingga ladang pertanian sampai ke lokasi punden.

Sebuah ritual dan tradisi yang patut ditiru di negeri ini. Selesai sebuah pagelaran, selesai pula angkara murka. Sehingga persatuan, kekeluargaan dan Silahturahmi antar warga negara dapat terjaga tidak ada perpecahan.
(Teguh/Red/PI)

Loading