oleh

Ribuan Ojol Protes Tekan Pemda Bandung Turun Tangan dan Taatin Aturan, Ojol: ‘Tolong Manusiakan Manusia’

PATRAINDONESIA.COM-Bandung- Jalan Diponegoro, tepat di depan Gedung Sate, Kota Bandung, berubah menjadi lautan manusia pada Selasa, (25/06).

Ribuan driver ojek online (ojol) dari berbagai wilayah, baik roda dua maupun roda empat, berkumpul untuk menyuarakan tuntutan mereka terkait kesejahteraan dan penolakan terhadap tarif murah yang diberlakukan oleh perusahaan aplikator.

Menurut informasi yang di terima oleh PatraIndonesia.com lebih dari 2.000 driver ojol memadati jalan ini, tidak hanya berasal dari Bandung Raya, tetapi juga dari berbagai daerah di Jawa Barat. Aksi yang disebut sebagai Aksi Ojol Se-Jawa Barat ini dimulai sekitar pukul 10.00 pagi dan masih berlangsung hingga pukul 13.50 WIB.

Aliansi yang menamakan diri sebagai Gerakan Bersatu General (Gebrag) memimpin unjuk rasa ini. Dengan menggunakan satu mobil komando sebagai pusat orasi, para driver bergantian menyuarakan keresahan mereka.

“Kita kuli, kita kerja rodi. Kita tidak dibayar sesuai dengan tarif. Kita selalu di jalanan tapi kantor tidak tanggung jawab,” teriak salah satu orator dengan penuh semangat.

Isu tarif murah menjadi salah satu poin utama dalam aksi ini. Para driver mempertanyakan janji asuransi yang belum terealisasi dan mengeluhkan bahwa mereka tidak bisa mencairkan klaim asuransi yang dijanjikan oleh pihak aplikator.

“Kantor bilang asuransi ada tapi tidak bisa dicairkan. Mereka merayu kita selama ini, kita di jalan mereka ongkang kaki di kantor. Kalau kita modar siapa yang tanggung jawab?” ujar seorang orator lainnya dengan nada emosi.

Seorang perwakilan ojol perempuan turut berorasi dari atas mobil komando. Ia menekankan bahwa tarif murah sangat menyengsarakan mereka, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sulit.

“Dipake parkir juga beak mereun (habis). Kita minta kepada mereka yang paham dan mengerti itu, kita mah da mungkin jalmi (orang) bodoh? Tapi kita juga manusia, tolong manusiakan manusia,” serunya.

Linda Rambing, salah satu koordinator aksi Gebrag, menjelaskan bahwa mereka menuntut agar pihak aplikator menaati Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 tahun 2018 tentang tarif batas bawah.

“Tarif yang berlaku saat ini itu sudah sangat tidak sesuai dengan peraturan pemerintah itu. Harusnya tarif batas bawah untuk R4 (roda 4) itu Rp3.500 per kilometer bersih diterima driver, dan untuk R2 itu Rp2.500,” ujarnya.

Namun, kenyataan di lapangan jauh dari harapan. Linda menyatakan bahwa peraturan tersebut hanya diterapkan untuk tarif kotor, sehingga penghasilan bersih yang diterima driver sangat rendah.

“Saat ini yang bersih diterima driver itu hanya Rp2.500, sementara ojol roda dua hanya mendapat Rp1.500. Kasarnya, seperti buruh di bawah UMR, kami pun protes,” jelasnya.

Linda menambahkan bahwa kondisi ini sudah berlangsung selama setahun, dan berbagai upaya untuk berdialog dengan pihak aplikator tidak membuahkan hasil.

“Sudah puncaknya, kita sudah ngomong baik-baik, sudah layangkan surat, tapi karena tidak didengar akhirnya kita turun ke jalan,” ungkapnya.

Para driver ojol mendesak agar pemerintah daerah turut campur tangan dan menekan pihak aplikator untuk menaati aturan yang berlaku.

Loading