PATRAINDONESIA.COM-JAKARTA-Pepatah “kacang lupa kulitnya” sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan perlakuan manajemen Gojek terhadap mitra pengemudinya.
Para pengemudi, yang selama ini menjadi tulang punggung dalam membangun ekosistem bisnis perusahaan, kini menghadapi ancaman serius: pemutusan kemitraan akibat kebijakan baru yang dinilai tidak adil.
Aturan dan tata tertib yang dirilis pada 13 November 2024 tersebut memperkenalkan pelanggaran tingkat V, di mana tindakan menolak, mengabaikan, atau membatalkan pesanan dianggap sebagai pelanggaran berat dengan sanksi pemutusan mitra.
BACA JUGA : Frontal Jatim: Perbaiki Tarif Ojol dan Regulasi Atau Kami Kembali Turun ke Jalan
Kebijakan ini secara langsung menghilangkan kebebasan pengemudi untuk menentukan pesanan yang akan mereka terima.
Hal ini tentu merugikan, karena mereka harus menerima semua pesanan tanpa memperhitungkan kondisi pribadi atau kendala di lapangan, dengan risiko kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber penghidupan mereka.
Kebijakan yang Tidak Adil
Jika aturan ini diterima begitu saja, maka para pengemudi tak ubahnya menjadi pekerja tanpa hak, tunduk sepenuhnya pada kebijakan perusahaan yang dianggap tidak rasional.
Imbalan yang mereka terima pun sering kali tidak sebanding dengan biaya operasional dan tenaga yang dikeluarkan. Dalam hal ini, mereka merasa lebih sebagai “kacung” daripada mitra sejati.
Namun, jika aturan ini ditolak, pertanyaannya adalah: bagaimana langkah strategis yang bisa dilakukan untuk melawan kebijakan tersebut? Semua kembali pada mental para pengemudi.
BACA JUGA : Kantor Gojek Bakal Diserbu Ribuan Ojol, Protes Aturan yang Dinilai Merugikan dan Sepihak!
Apakah mereka memiliki keberanian untuk bersuara seperti Bung Tomo yang melawan penindasan, atau justru memilih diam seperti sosok penjilat yang mendukung kepentingan pihak yang lebih kuat?
Melawan dengan Etika dan Strategi
Melawan tentu bukan berarti bertindak tanpa arah. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai sopan santun, perjuangan harus dilakukan dengan cara-cara beretika, santun, dan cerdas.
Dibutuhkan strategi matang dan pendekatan intelektual untuk menghadapi kebijakan yang dinilai tidak adil ini.
Aksi kolektif dan solidaritas menjadi kunci penting. Para pengemudi harus bersatu, merapatkan barisan, dan mengedepankan dialog yang konstruktif untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Dengan semangat perjuangan yang terorganisir, kebijakan yang merugikan ini bisa dihadapi tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatan.
Bangkit Melawan Ketidakadilan
Perlawanan terhadap ketidakadilan tidak hanya tentang keberanian, tetapi juga tentang kebijaksanaan.
Saatnya para pengemudi menunjukkan bahwa mereka adalah mitra yang memiliki hak, bukan sekadar pelaksana tanpa suara.
Mari bersama-sama melawan segala bentuk penindasan, kesewenang-wenangan, dan ketidakadilan.
Dengan strategi yang tepat, semangat persatuan, dan cara yang beradab, perjuangan ini akan membuahkan hasil yang lebih baik bagi semua pihak.
Salam Perlawanan ✊
A.P.O.B Bergerak
Komentar