oleh

Driver Ojol Celaka, Tanggungjawab Siapa?

PATRAINDONESIA.COM (Jakarta) — Seorang driver ojek online (ojol) bekerja di jalanan. Mencari makan untuk keluarga di jalanan. Setor fee kepada aplikator ya dari hasil keringat jalanan.

Tak banyak yang tahu, berapa anak menjadi yatim dan menjadi piatu akibat kerja di jalanan. Tak ada grafik yang mencatat berapa orang setiap hari terluka karena kecelakaan llu lintas atau ditikam begal. Tak ada angka yang terekam, berapa nyawa kaum ojol yang terenggut saat bekerja di jalanan.

Yang pasti, kerja di jalanan penuh dengan tantangan. Banyak ancaman. Nyawa taruhannya.

Seperti yang dialami Slamet Ariswanto seorang ojol Gojek dari Tegal. Ia dibegal penumpangnya. Dibunuh dan dibakar jazadnya.

Lain lagi nasib Masroni. Ojol Shopee yang dibacok degan clurit oleh penjambret. Pinggang kirinya sobek selebar 15 Cm. Dan dioperasi di RSCM dengan menghabiskan biaya hingga sekitar Rp70 juta.

Pertanyaan kita, siapa yang menanggung ‘resiko jalanan’ para driver ojol ini? Jika ia kehilangan nyawa seperti Ariswanto, siapa yang bertanggungjawab? Jika Masroni sobek pinggangnya, siapa yang menanggung biaya pengobatan?

Apakah asuransi bertanggungjawab? Tidak! Apakah perusahaan mitra alias aplikator? Bukan! Apakah pemerintah? Juga bukan!!

Inilah yang saat ini harus mulai dipertanyakan. Inilah yang harus mulai ditagih. Mulai digugat. Apa tugas dan kewajiban korporasi yang dengan bangga menyebut ojol sebagai mitra?

Kenyataannya, para ojol itu seperti pekerja tak bertuan. Seperti partner tak bermitra. Mereka harus menanggung nasib sendiri. Yang karena dia menggunakan aplikasi, maka ia hanya bisa setia pada pungutan korporasi aplikator.

Jika ada bahaya mengancam, dia harus menanggung sendiri. Jika ia celaka, ya itulah nasibnya sendiri.

Beruntunglah mereka memiliki savety net yang cukup ampuh. Mereka hidup dalam sistem shared poverty yang tinggi. Yaitu solidaritas membagi kemiskinan diantara kaum ojol. Jika ada yang celaka, baik mati, terluka, sakit atau lapar, biasanya diselamatkan oleh iuran diantara para ojol. Ada yang menyebut ‘gerbu’ atau gerakan saweran uang seribu. Gerceb, gerakan uang cemban. Dan masih banyak bentuk gerakan solidaritas lainnya.
Ini sungguh tamparan bagi korporasi aplikator yang kapitasinya mencapai ratusan triliun.!! (*/red/PI)

Loading

Komentar

1 komentar

Komentar ditutup.