PATRAINDONESIA. COM (Kotawaringin Lama) – Balai Arkeologi Kalimantan Selatan memberi buku beriso materi bidang studi sejarah kepada guru-guru sejarah di Kabupaten Kotawaringin Barat.
Buku berjudul “Toleransi dan Keberagaman dari Leluhur di Kotawaringin” tersebut dibagikan kepada para guru sejarah dalam acara ‘Rumah Peradaban’ di Astana Alnursari, Kotawaringin Lama (Rabu, 17/11/21).
Buku tersebut rupanya menjawab keluhan para guru tentang kelangkaan materi sejarah lokal.
Perlu diketahui, Balai Arkeologi Kalimantan Selatan bersama Astana Alnursari menyelenggarakan pameran dan dialog publik tentang kebudayaan dan peradaban yang disiarkan secara nasional.
Salah satu acaranya berupa dialog bertema ‘Menggali Keragaman Nilai Budaya untuk Penguatan Karakter Bangsa’ dengan pembicara M Dwi Cahyono M Hum, Hartatik SS.MS, Ida Bagus PP Yogi, MA.
“Kami ini kesulitan mendapatkan materi pelajaran sejarah lokal,” kata Dwi Natal K, salah seorang guru sejarah SMAN 2 Kumai.
Pernyataan Dwi langsung diamini para guru sejarah lainnya. “Selama ini kami hanya punya materi tentang sejarah Mataram, Demak, Majapahit, ” lanjut Dwi.
“Tidak ada materi tentang Kesultanan Kotawaringin,” sahut Dellyana, guru SMAN 1 Kotawaringin Lama. “Kami harap bisa dapat materi lokal, ” lanjutnya.
Keinginan para guru SMA dan SMK di Kotawaringin Barat itu dipenuhi oleh para pembicara.
Ida Bagus PP Yogi, lulusan Universitas Gajah Mada itu memberi gambaran tentang kebudayaan yang berkembang di daerah aliran sungan (DAS) Arut dan Lamandau. Peradaban yang tumbuh di kedua DAS itu sangat berpengaruh pada kejayaan Kerajaan Kotawaringin pada masa itu.
Paparan Ida Bagus dilanjutkan oleh Dwi Cahyono, dosen Universitas Negeri Malang. Dwi mengeksplore tetang asal usul ‘Kotawaringin’ mulai dari bentangan kurun waktu Majapahit hingga Kesultanan Kotawaringin.
Dialog yang berlangsung di rumah budaya Astana Alnursari ini dimulai dari pukul 14.00 WIB. “Gak terasa udah magrib,” celetuk seorang guru.
Begitu antusias para guru mengikuti diskusi tentang sejarah peradaban Kotawaringin.
Mereka sangat gembira. “Kami ke Alnursari dapat ini, ” kata salah seorang guru sambil menunjukkan buku berjudul “Toleransi dan Keberagaman dari Leluhur di Kotawaringin”.
Buku yang diterbirkan Balai Arkeologi Kalimantan Selatan tersebut memuat sejarah Kotawaringin relatif lengkap.
Guru-guru yang turut hadir dalam dialog di rumah budaya Alnursari itu diantaranya Nana Frestiana (SMAN 1 Pbun), Retno Susilowati (SMAN 3 PBun), Dellyana (SMAN 1 Kotawaringin Lama), Eka Mardianti (SMAN 1 Kumai), Rika Listyaningsih (SMAN 1 Kotawaringin Lama), Diah Wijayanti (SMAN1 PBun), Tantriani (SMAN1 PBanteng), Suyamni (SMAN2 PBun), Dwi Natal K (SMAN2 Kumai) dan Muhammad Saleh (SMAN3 PBun).
Sebagaimana diberitakan, Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah sehari sebelumnya telah membuka acara Rumah Peradaban Kotawaringin di Astana Alnursari.
“Warga Kotawaringin Barat, saya minta jangan melupakan sejarah. Dan saya mengajak masyarakat Kotawaringin Barat yang ingin melihat penggalan sejarah, khususnya situs-situs budaya yang masih tersimpan saat ini ada di Rumah Peradaban kita, yaitu Astana Alnursari,” pesan Nurhidayah. (*/red/MP)