PATRAINDONESIA.COM (Jakarta) – Sebentar lagi kartu e-toll atau e-money tidak akan berlaku di jalan tol. Mengapa? Karena gerbang tol untuk nge-tap kartu e-toll tidak ada lagi. Gerbang tol akan dibongkar.
Mengapa? Karena kelak masuk dan lewat jalan tol tidak
akai kartu e-money atau e-toll lagi. Tidak perlu nge-tap lagi. Sehingga pengendara mobil tidak perlu berhenti nge-tap. Langsung saja melaju kencang sampai tujuan…
Itulah jalan tol masa depan. Tanpa kartu/tanpa sentuhan (nir-sentuh) dan non-tunai. Jalan tol memang memenuhi fungsi dan tujuan awalnya, yakni mencapai efisiensi waktu tempuh, dan efisiensi biaya. Hanya saja, saat ini masih kita jumpai berbagai hambatan di jalan yang mestinya ‘bebas hambatan’ itu. Kadang, malah kemacetan di jalan tol justru lebih parah daripasa jalan arteri biasa.
Danang Parikesit, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menjelaskan rencana implementasi jalan tol non-tunai dan nirsentuh tersebut dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Institut Studi Transportasi (INSTRAN) di Jakarta, (21/3/2023).
Dijelaskannya, saat ini persiapan secara komprehensisf sedang berjalan. karena aitu, ia berharaap, diskusi publik ini bisa memberi masukan terhadap proses yang sedang berjalan tersebut.
Penjelasan Danang dilanjutkan oleh Triono Junoasmono sebagai Skeretraris BPJT. Dijelaskan Triono, landasan hukum penyelenggaraan program ini adalah Peraturan Menteri PUPR Nomor 18 Tahun 20
20. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan transasksi tol non-tunai nirsentuh. Hal-hal yang diatur menyangkut pengelolaan, pengawasan dan pengendalian. Selain itu juga mengatur tentang penggunaan teknologi berbasis sistem informasi, penetapan Badan Usaha Pelaksana (BUP) yang berperan sebagai penyedia dan pelaksana ETC dalam transaksi non-tunai nirsentuh.
Sistem non-tunai nirsentuh atau yang biasa disebut sebagai Multy Lane Free Flow (MLFF) ini bertujuan mencapai efisiensi dalam berbagai segi. Seperti menghilangkan kemacetan di gerbang tol dan menghilangkan antrian panjang. Mengurangi polusi dan emisi karbon, mendukung digitalisasi pembayaran, dan yang pasti adalah efisiensi management pengelolaan jalan tol itu sendiri.
Pengoperasian jalan tol non-tunai nirsentuh atau MLFF ini paling lambat akhir tahun ini. “Saat ini persiapannya sudah mencapai 50 persen. Dan akan segera diuji-coba di Bali,” kata Triono dalam diskusi INSTRAN tersebut.
Triono mengutip penjelasan Bank Dunia (2019), bahwa akibat kemacetan kendaraan di jalanan umum, Indonesia menderita kerugian sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp56 triliun per tahun. Sedangkan akibat antrian di gerbang tol saja, kerugian yang diderita Indonesia mencapai US$300 juta atau sekitar Rp4,4 triliun per tahun.
Dalam acara yang sama, Helson Siagian dari Kantor Staf Presiden (KSP) menambahkan, untuk implementasi jalan tol non-tunai dan nir sentuh ini perlu upaya yang simultan. “Yaitu perlu sosialisasi yang merata di masyarakat. Ditambah lagi edukasi, adaptasi dan penegakan hukum,” jelas Helson. “Untruk kelancaran MLFF, diperlukan kesiapan ekosistem secara keseluruhan, termasuk kaitannya dengan penegakan hukum.” lanjutnya.
Helson mewanti-wanti, penerapan teknologi MLFF ini bagi Indonesia akan lebih kompleks. “Karena situasi dan kondisi ekosistem yang ada. Misalnya menyangkut isu registrasi kendaraan, dan isu penyalahgunaan kendaraan,” lanjutnya. Bahkan Helson malah bertanya, “Apakah regulasi yang ada saat ini sudah mencukupi?”
Ki Darmaningtyas sebagai Ketua INSTRAN yang bertindak sebagai moderator dalam diskusi publik tersebut memaparkan, saat ini masih dijumpai adanya ketidaksiapan regulasi yang akan mengamankan pelaksanaan MLFF ini. Bahkan, para stakeholder juga tampak belum siap. Salah satu fakta yang dia tunjuk adalah, agenda implementasi program ini yang digaungkan sejak tahun lalu itu selalu molor.
Sebenarnya program non-tunai nirsentuh untuk traksaksi di jalan tol ini sudah diagendakan bisa beroperasi akhir 2022 silam. Tetapi beberapa kali uji coba belum membuahkan hasil yang maksimal. Dan kali ini, sebagaimana dikemukakan oleh Ketua BPJT Danang Parikesit, uji coba akan dilakukan di Bali pada bulan Juni 2023. “Bulan Juni 2023 akan dilakukan uji coba implementasi integrasi sistem yang dibangun secara teknologi,” tutur Danang dalam pengantar diskusi ini. “Dan Desember 2023 akan dioperasionalkan secara penuh sekurang-kurangnya pada lima ruas jalan tol.” (Wid/Red/PI)