PATRAINDONESIA.COM (Gading Serpong)- Gonjang-ganjing penutupan puluhan gerai kafe Holywings menyisakan kesedihan bagi para karyawan.
Perlu diketahui, kafe ini mengalami pertumbuhan sangat pesat justru di saat bisnis lain lesu. Holywings tumbuh subur di penghujung pandemi Covid-19. Dalam waktu relatif singkat, Holywings berkembang menjadi 38 gerai.
Apa kata management Holywings terhadap nasib tragis ini? Berikut wawancara khusus wartawan patraindonesia.com Yori Micha dengan General Manager Holywings Yuli Setiawan.
Rabu (28/6) tadi malam kepada wartawan media ini Yuli mengisahkan, bahwa bisnis mereka sudah tumbang. Karena hampir semua outlet di Indonesia ditutup karena izin usahanya bermasalah. Sebanyak 36 outlet sudah ditutup.
Sebabnya, outlet Holywings Group yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta terbukti belum memiliki sertifikat standar KBLI 56301 jenis usaha bar yang telah terverifikasi.
Adapun penutupan itu berlangsung setelah terjadinya kasus dugaan penistaan agama dalam promosi minuman keras (miras) oleh Holywings yang menggunakan nama “Muhammad” dan “Maria”.
Saat ini, cafe ini memiliki 38 outlet/gerai di seluruh Indonesia. “Masih ada dua dari total 38 outlet Holywings di seluruh Indonesia yang masih beroperasi,” tutur Yuli.
Lebih jauh Yuli mengatakan, dua outlet yang masih beroperasi tersebut berada di wilayah Manado dan Batam.
“Kita berhenti beroperasi. Di Medan tutup, Surabaya tutup, kemudian Makassar tutup, Yogyakarta tutup, Bandung tutup dan Tangerang tutup ,yang beroperasi hanya dua, di Batam dan Manado,” ucap Yuli.
Meski demikian, Holywings menyerahkan seluruh proses hukum kepada aparat yang berwenang.
“Kalau memang ternyata ada temuan (pelanggaran) dan mau disegel, ya silakan. Karena kita memang sudah mengikuti semua proses hukum,” jawab Yuli pasrah.
Adapun terkait kasus dugaan penistaan agama itu, Holywings Indonesia dilaporkan sejumlah pihak ke Polda Metro Jaya. (Yori/Red/PI)
