Patra Indonesia.com | Jakarta
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga hari ini mengunjungi anak-anak yang orangtuanya meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 di tiga lokasi, yaitu Cipinang, Bekasi, dan Bintaro.
Pada kunjungan tersebut Bintang memberikan paket pemenuhan kebutuhan spesifik bagi anak guna memastikan pemenuhan kebutuhan dasar, pendidikan, dan pengasuhan mereka terpenuhi secara optimal. Selain itu, Bintang juga turut memberikan dukungan moril dan memastikan perempuan kepala keluarga yang ditinggalkan suaminya mendapatkan konseling psikologis, serta program pemberdayaan keluarga dari Pemerintah Daerah setempat.
Pada kunjungan di lokasi pertama yaitu Cipinang, Jakarta Timur, Bintang menemui 4 (empat) anak yatim yang ayahnya meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Saat ini, mereka diasuh ibu kandungnya, Lera Susana yang resmi menjadi kepala keluarga. Lera diketahui belum memiliki sumber penghasilan, sehingga masih mengandalkan sisa uang duka dari masyarakat.
“Kemen PPPA perlu memastikan pemenuhan kebutuhan dasar, pendidikan dan pengasuhan anak-anak ini terpenuhi secara optimal. Selain itu, juga memastikan agar pengasuh utama (ibu kandung) saat ini yang merupakan perempuan kepala keluarga mendapatkan program pemberdayaan keluarga dari Pemerintah Daerah setempat, sehingga ia bisa berdaya secara ekonomi dan secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan dasar dan Pendidikan anak-anaknya di kemudian hari,” ungkap Bintang dalam kunjungannya yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat di Cipinang, Jakarta Timur, Minggu (29/8/2021).
Bintang menambahkan, Kemen PPPA juga perlu memastikan adanya konseling bagi pengasuh utama (ibu kandung) yang ditinggalkan suami karena dalam kondisi baru saja melahirkan anak keempat. “Kesedihan mendalam dan perasaan tidak berdaya pasti dirasakan oleh yang bersangkutan. Konseling psikologis juga penting dan harus dipastikan pemberiannya demi membangun resiliensi atau daya juang untuk melanjutkan hidup,” tegasnya.
Bintang juga berpesan kepada salah satu anak yatim yang merupakan anak sulung, Naufal untuk terus semangat menjaga adik-adik dan ibunya, serta rajin belajar agar menjadi anak yang cerdas. Bintang juga mengingatkan agar ketika sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka nantinya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan rajin cuci tangan.
Selanjutnya di lokasi kedua yaitu Setu, Kabupaten Bekasi, Bintang menemui 3 (tiga) anak yatim piatu yang saat ini diasuh oleh kerabat orangtuanya, Eduardus Marung dan Maria Cahaya. Kedua pengasuh pengganti tersebut diketahui memiliki kondisi ekonomi menengah serta harus memenuhi kebutuhan hidup dan mengasuh 3 (tiga) anak lainnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada Bapak Eduardus Marung dan Ibu Maria Cahaya yang telah memberikan pendampingan dan pengasuhan dengan cepat sesuai dengan SOP kepada anak-anak yang tentunya memiliki karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda. Kehadiran kami di sini, bersama jajaran Kemen PPPA dan teman-teman Forum Zakat untuk memastikan apakah pengasuhan ketiga anak ini sudah berada di keluarga yang tepat dan sesuai dengan aturan perundang-undangan atau hukum adat yang berlaku, mengingat pengasuh bukan dari keluarga sedarah. Hal ini untuk mengantisipasi risiko terjadinya penelantaran anak di kemudian hari,” jelas Bintang.
Sementara itu, ayah asuh dari ketiga anak, Eduardus mengungkapkan keputusan dirinya dan sang istri membawa ketiga anak kerabatnya tersebut untuk diasuhnya, dilakukan karena ia tidak ingin membiarkan anak-anak hidup sendiri di rumah lamanya, mengingat kondisi di sana kurang ramah untuk anak karena terbatasnya tempat hanya berupa rumah kontrakan petakan, lingkungan yang minim sosialisasi, dan tidak adanya tempat bermain.
“Saya menjamin anak-anak akan berada dalam kondisi baik, saya akan didik mereka seperti mendidik anak saya sendiri,” ujar Eduardus.
Salah satu anak yatim piatu sekaligus anak sulung yang diasuh Eduardus, Fiona menjelaskan bahwa saat ini, dia dan adik-adiknya merasa nyaman dan betah di rumah orangtua asuhnya.
“Diawal, pasti kami sangat sedih karena berharap ayah bisa sembuh, tapi Tuhan berkehendak lain ternyata ayah menyusul Ibu. Awalnya berat, apalagi kami dekat dengan ayah, tapi lama kelamaan kami bisa menerima dan merasa nyaman bersama adik-adik di sini. Kami berharap ke depannya semoga terkait masalah pendidikan kami, dapat dijamin dan dibantu,” ungkap Fiona.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bekasi, Endin Samsudin mengungkapkan Pemerintah Kabupaten Bekasi telah melakukan pendataan terkait jumlah anak yang orangtuanya meninggal dunia akibat Covid-19.
“Hingga saat ini, sudah 50% laporan masuk dari 23 Kecamatan yang kami data di Kabupaten Bekasi. Diketahui ada 952 anak yang kehilangan orangtuanya karena Covid-19. Menindaklanjuti hal ini, Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Pak Bupati akan memberikan bantuan sesuai kebutuhan yang diperlukan. Kami juga akan berkoordinasi dan melakukan penanganan dengan stakeholder sebagai leading sector,” ujar Endin.
Sekretaris Umum Forum Zakat, Irvan Nugraha mengungkapkan bahwa Forum Zakat bersama Pemerintah dalam hal ini Kemen PPPA berupaya bergerak bersama-sama untuk melakukan penanggulangan terhadap musibah Covid-19, khususnya kepada anak yang orangtuanya meninggal karena Covid-19 hingga akhirnya menjadi yatim dan piatu.
“Kami berupaya untuk bisa bersinergi bersama seluruh pihak dalam penanggulangan Covid-19 ini. Forum Zakat bergerak di bidang kemanusiaan dan bertugas untuk menjembatani kebaikan masyarakat Indonesia. Hari ini, kami bersama Pemerintah melalui Kemen PPPA memberikan bantuan kebutuhan dasar dan pendidikan bagi anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya karena Covid-19. Semoga bantuan ini dapat membantu meringankan Bapak/Ibu sebagai orangtua asuh dalam mengasuh anak-anak,” jelas Irvan.
Pada kunjungan di lokasi terakhir yaitu Bintaro, Tangerang Selatan, Bintang menemui 4 (empat) anak yatim yang diasuh seorang perempuan wirausaha, Velly Kristanti, dimana 1 (satu) anak merupakan anak kandung dan 3 (tiga) diantaranya merupakan keponakannya. Bintang turut menghimbau kepada Pemerintah Daerah setempat untuk melakukan penguatan pemberdayaan keluarga, sehingga Velly sebagai pengasuh utama, bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan dasar dan pendidikan anak serta keponakannya di kemudian hari.
Kemen PPPA bekerjasama dengan UNICEF telah menginisiasi pengembangan sistem pendataan berbasis masyarakat RapidPro untuk mengetahui jumlah anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena meninggal dunia akibat Covid-19 dan mengidentifikasi kebutuhan mereka dalam situasi darurat. Sistem pendataan RapidPro dihimpun dari 23 Provinsi dan 108 Kabupaten/Kota di Indonesia oleh seluruh stakeholder yang bergerak dalam isu perlindungan anak bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi di seluruh Indonesia sebagai perpanjangan tangannya.
“Sistem pendataan ini sangat penting untuk bisa melakukan intervensi penanganan yang tepat sasaran. Hingga 28 Agustus 2021 diketahui sejumlah 10.700 anak menjadi yatim/piatu/yatim piatu karena orangtuanya meninggal dunia akibat Covid-19. Angka ini menunjukkan perlunya kerja keras bersama untuk melakukan koordinasi lintas sektor terkait, baik dalam hal perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak, maupun pendampingan psikososial dan penguatan ekonomi bagi perempuan kepala keluarga yang kehilangan suaminya, salah satunya melalui pelatihan di bidang kewirausahaan,” terang Bintang.
Menindaklanjuti hasil dari pendataan RapidPro tersebut, Kemen PPPA bersama Forum Zakat memberikan paket pemenuhan kebutuhan spesifik bagi anak yatim/piatu/yatim piatu yang terdiri dari makanan tambahan, susu, vitamin, popok, pakaian, alat sekolah, mainan edukatif, paket data internet (Wifi), dan uang tunai di tiga lokasi yaitu Cipinang, Bekasi, dan Bintaro.
Di akhir kunjungannya, Menteri PPPA kembali menegaskan bahwa diperlukan upaya bersama seluruh pihak dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak bagi anak, khususnya yang kehilangan orangtua akibat Covid-19.
“Mari bergerak bersama kita saling membantu untuk bisa keluar dari situasi sulit di masa pandemi ini, tidak hanya pemerintah, tapi semua pihak memiliki tanggungjawab dan kewajiban yang sama, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga masyarakat, dan media massa untuk memastikan anak terpenuhi hak-haknya karena semua anak adalah anak kita. Merupakan tanggungjawab kita bersama untuk membantu mereka meraih cita-citanya setinggi langit,” pungkasnya. (red/PI)