PATRAINDONESIA.COM (Barito Selatan) – Pagi hanya bisa memandang menyongsong matahari. Hanya termenung menunggu gelapnya alam. Mimpi – mimpi hanya ada di angan. Alam yang indah, subur, kaya dan penuh dengan berkahNYA, nampak tidak bisa dinikmati oleh putra pribumi.
Sungguh bagaikan putra tak diharapkan, hanya sekedar diberikan angan tanpa ujung guna dijadikan sebagai pelengkap memenuhi syarat. Agar program orang – orang yang berkepentingan bisa berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
Sungguh malang nasibmu sang putra pribumi. Kata putra pribumi hanya sebagai simbol. Janji 70 persen pribumi 30 persen non pribumi yang bekerja di suatu perusahaan hanya sebatas kata peneduh.
Agar gejolak sosial tidak mengguncang sang milioner yang berinvestasi di suatu daerah. Ketika sang putra pribumi meminta hak, pasti ditanya kamu lulusan apa ? Pengalaman kerja di mana ? Sungguh miris hati putra pribumi tidak bisa menjawab pertanyaan itu !!!
Bagaimana mereka bisa menjawab, jikalau mereka tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja. Akhirnya ijazah sang putra pribumi menjadi kusut tertelan waktu.
Lebih celaka lagi, akhirnya terpaksa berpangku tangan dan jadi penonton yang abadi. Sungguh malang wahai engkau putra sang pribumi. Hanya dijadikan penonton di daerahmu sendiri. Begitu hasil bumi daerahmu habis, engkau pula yang menerima pertamanya.
Oleh sebab itu, pemerintah daerah yang seyogyanya menyokong hadirnya investor, setidak – tidaknya telah mempersiapkan SDM sumberdaya lokal. Sehingga kuota 70 persen tenaga lokal dan 30 persen tenaga kerja non lokal yang digaung – gaungkan sesuai amanat Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Barsel Nomor 26 Tahun 2020 bisa terpenuhi.
“Terkait dengan pemberdayaan Tenaga Kerja lokal oleh Perusahaan di Wilayah Barsel. Dari itu semua iklim hubungan industrial itu bisa harmonis. Sehingga perwujudan jargon yang berjuluk ‘Dahani Dahanai Tuntung Tulus’ bisa terwujud nyata,” ujar wartawan senior Barito Selatan (Barsel) Kalimantan Tengah (Kalteng) Ary Mampas, Selasa (26/04/2022) kepada media ini
Apabila perwujudan itu tidak dijalankan dengan maksimal, sambung pria bersuara mirip penyanyi Achmad Albar ini, bagaimanakah nasib putra sang pribumi. Oleh sebab itu, yang kami perlukan adalah komitmen para investor yang berinvestasi di daerah ini dengan bersinergi bersama pemerintah setempat.
“Bukan hanya janji – janji manis memperhatikan nasib para orang pribumi. Nato (No Action Talk Only),” demikian pungkas Ary Mampas. (ARI/Red/PI)
siap mendukung dan berharap perjuangan 70 % kpn perlu sampai ke meja hijau…..
sdh byk ormas yg siap utk mendukung
Mantap!! Gasss trus