PATRAINDONESIA.COM (Jakarta) – Di media sosial beredar pengakuan seorang ibu yang menjadi penumpang Kereta Api Listrik (KLR). Ia berkisah tentang bagaimana management KRL Commuter Line tersebut merasa ‘dimanusiakan’ sebagai seorang penumpang yang menderita sakit, sepulang berobat dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Begini Ibu Andari berkisah, seraya mengunggah foto dirinya yang terbaring dengan sebuah bantal di bangku prioritas. Bangku prioritas adalah bangku yang dikhususkan untuk ibu-ibu hamil, ibu lansia dan sejenisnya.
Ibu Andari yang bernama langkap Dr. Ir. Gabriel Soedarmini Boedi Andari M. Eng, dari keluarga besar Teknik Sipil Universitas Indonesia itu berkisah. Berikut ini kisahnya:
“Foto ini foto nyata tadi siang.
Seorang ibu berbaring di krl menuju Depok. Ibu itu adalah saya, Andari.
Saya tidak ingin berkisah tentang saya sebenarnya. Saya ingin berkisah tentang kehebatan sebuah perusahaan publik, yaitu perusahaan KAI Commuter Indonesia.
Tadi saya pulang dari RSCM setelah tindakan dokter karena penyakit yang saya derita. Ketika sampai di stasiun Cikini, saya sadari bahwa rasa nyeri hebat muncul di kepala kanan.
Saya memang membawa bantal sejak pagi dan sudah lebih banyak berbaring di bangku RSCM. Ketakutan untuk jatuh dan pngsan di jalan menghantui perjalanan saya.
Memang KRL bukan untuk orang sakit tentunya, sehingga ketika kereta datang, saya minta pada suami agar meminta ijin pada pak satpam agar saya bisa berbaring untuk meredakan nyeri.
Satpam yang bertugas adalah pak Mustahillah Dan yang menarik, dia tidak hanya mengijinkan, tapi membimbing saya ke bangku prioritas, dan berkata santun, “Ibu turun dimana, apakah kami perlu siapkan kursi roda di stasiun tujuan? Juga pernyataan “Jika ada penumpang lain yang komplen, biar saya yang menjelaskan ya bu”.
Sebentar kemudian dia kembali ke tempat tugasnya. Tapi sesekali datang dan memberikan perhatian.
Berkat beliau saya tentram berbaring dari Sta Cikini hingga ke Sta Tanjung Barat. Dan ketika turun, dipersiapkannya agar saya bisa turun denga aman. Pak Satpam yang luar biasa.
Tidak hanya tugasnya dia kerjakan dengan sangat baik, tapi hatinya ikut bekerja melayani customer yang lemah dan menderita. Etos kerja yang luar biasa.
Peristiwa ini mengingatkan saya pada satu hal. Bahwa ketika bangsa ini mulai memiliki hati pada warganya yang lebih butuh perhatian, kita sedang tumbuh pada jejak yang benar.
Terima kasih KAI Commuter Indonesia yang sudah mengembangkan etos kerja yang amat baik. Terima kasih telah membantu saya aman dan menuju makin sehat.
Terima kasih Pak Mustahilah Terima kasih Indonesia.” (*/Red/PI)